Kamis, 19 September 2013

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri



Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
     “Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.”         
(Q.S An-Nahl : 1)
     Jagan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada didalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan.
         Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bias jadi kita akan berhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyebranginya.
    Dalam syariat, memberikan kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemsan yang baru diduga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itupun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan baying-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia didunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisi ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di “sekolah-sekolah setan”.
       “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-nya dan karunia.” 
(Q.S Al-Baqarah : 268)
      Mereka yang menagis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan,menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di ‘genggaman tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.
       Biarkan hari esok itu dating dengan sendirinya. Jagan pernah menayakan kabar beritanya, dan jagan pula pernah mananti serangan petakanya. Sebab, hari ini anda sudah sangat sibuk.
       Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menembus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

Copy Right La Tahzan (Dr. 'Aidh Al-Qarni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar