Jumat, 20 September 2013

Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang


Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengigat-Nya, dan dia menganugrahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan-nya agar mereka bersyukur kepadanya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada sealin dia.
Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremahkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusia. Karena itu, anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi anda dengan sangat keji dan membenci anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru kerena anda telah berbuat baik kepada mereka.
“Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-nya) kecuali karena Allah dan Rasul-nya telah melimpahkan karunia-nya kepada mereka”   (Q.S At-Taubah : 74)

Kamis, 19 September 2013

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri



Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
     “Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.”         
(Q.S An-Nahl : 1)
     Jagan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada didalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan.
         Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bias jadi kita akan berhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyebranginya.

Rabu, 18 September 2013

Yang Lalu Biar Berlalu



Yang Lalu Biar Berlalu
Yang Lalu Biar Berlalu
        Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
       Bagi orang yang berfikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menhidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.

Pikirkan dan Syukurilah


Pikirkan dan Syukurilah
Pikirkan dan Syukurilah
Artinya, Ingatlah setiap nikmat yang Allah anugrahkan kepada anda. Karena dia telah melipatkan nikmat-nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaiki.
“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (Q.S Ibrahim : 34)
                Kesehatan badan, keamanan Negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tapi tidak pernah mengetahuinya.
“Dan, dia menyempurnakan nikmat-nya kepadamu lahir dan batin” (Q.S Luqman : 20)
Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.
“Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman : 13)
                Apakah anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus-menerus tiada henti? Apakah anda mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bias saja tidak kuat dan suatu ketika patah?
               

Kisah keislaman Zaid bin Sa'nah, Seorang pemimpin Yahudi


Kisah keislaman Zaid bin Sa'nah, Seorang pemimpin Yahudi
Kisah keislaman Zaid bin Sa'nah, Seorang pemimpin Yahudi
Ath-Thabrani  meriwayatkan dari Abdullah bin Salam r.a dia berkata, “Ketika allah SWT memberikan hidayah kepada Zaid bin Sa’nah, maka Zaid bin Sa’nah menceritakan, ‘Aku melihat tanda-tanda kenabian pada Beliau SAW yang ketika aku memandang wajah Muhammad SAW yang ketika aku memandang wajah Muhammad SAW, kecuali dua perkara yang belumaku ketahui, yaitu kesabarannya jika terjadi sesuatu yang seharusnya membuat Beliau SAW marah, Beliau SAW malah semakin bersabar. Suatu hari, ketika Rasulullah SAW keluar rumah bersama Ali bin Abu Thalib r.a, tiba-tiba Beliau SAW kedatangan seseorang yang wajahnya mirip orang Badui yang sedang naik untanya. Orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, di desaku di Bani Fulan ada beberapa orang yang telah masuk Islam. Akulah yang berdakwah kepada mereka supaya mereka masuk Islam. Sebelumnya harta mereka sangat melimpah, tetapi sekarang mereka sedang ditimpa kekeringan dan kesulitan pangan. Wahai Rasulullah, aku khawatir jagan-jagan mereka keluar dari Islam karena ketamakan terhadap harta. Jika engkau sudi untuk membantumeringankan penderitaan, aku siap melaksanakan apa saja perintah engkau sekehendakmu’. Kemudian Beliau SAW menolehkan wajahnya kepada seseorang yang aku kira Ali bin Abu Thalib. Maka ali berkata, ‘Ya Rasulullah, orang ini sudah benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi’. Zaid bin Sa’nah berkata, “Aku pun mendekati Beliau SAW seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sudikah engkau berhutang kurma sesuai jumlah yang engkau inginkan, yang sekarang masih berada di kebun Bani Fulan dengan tempo pembayaran sesuai kesepakatan?’ Beliau SAW bersabda “Tetapi engkau tidak boleh menyebut-nyebut kebun Bani Fulan”. Baiklah, jawabku. Ketika Beliau SAW menyetujuinya, kemudian aku mengeluarkan kantong-kantong milikku, kemudian aku memberikan kepada beliau delapan takaran kurma yang akan dibayar sesuai kesepakata. Beliau SAW berpesan kepada orang Badui itu, ‘Berbuat adil kepada mereka dan bantulah mereka’.

Rasulullah SAW Memerintah Ali bin Abi Thalib r.a Berdakwah pada Waktu Perang Khaibar



Rasulullah SAW Memerintah Ali bin Abi Thalib r.a Berdakwah pada Waktu Perang Khaibar
Rasulullah SAW Memerintah Ali bin Abi Thalib r.a Berdakwah pada Waktu Perang Khaibar

Sahal bin Sa’ad menuturkan bahwa Rasulullah SAW pada waktu menjelang perang Khaibar berjanji, ”Besok pagi, bendera ini akan aku berikan kepada orang yang dari tangannya akan diberikan kemenangan oleh Allah SWT, ia cinta kepada Allah SWT dan Rasul-nya, begitu juga sebaliknya”. Pada malam harinya, orang-orang membicarakan hal itu, yakni siapakah orang yang dimaksud Nabi SAW tersebut? Kemudian, setelah pagi hari, para sahabat kembali menemui Rasulullah SAW dan setiap orang berharap agar dirinya yang dipilih oleh Rasulullah SAW (karena semangatnya untuk berjihad). Tetapi Rasulullah SAW memberikan bendera itu kepada Ali bin Abi Thalib r.a dan beliau berkata, “Di manakah Ali bin Abi Thalib r.a?” Para sahabat menjawab, “Dia sedang sakit mata.” Akhirnya Nabi SAW mengutus orang untuk menjemput Ali r.a. Setelah dating, Ali langsung menghadap Nabi SAW, kemudian Nabi SAW meniup kedua mata Ali dan mendoakan kesembuhannya. Benar, seketika itu juga mata Ali langsung sembuh, seakan-akan tidak pernah sakit. Akhirnya Rasulullah SAW  menyerkan bendera peperangan kepada Ali bin Abi Thalib r.a. Lalu Ali r.a bertanya, “Ya Rasulullah, apakah mereka kami perangi hingga menjadi seperti kita (Muslim)?”Beliau SAW menjawab, “Teruskanlah kalian berjalan hingga kalian sampai pada mereka. Kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam, dan berikanlah penjelasan kepada mereka tentang kewajiban mereka. Demi Allah. Sungguh, seandainya Allah SWT memberikan hidayah kepada satu orang saja diantara mereka lantaran kalian, maka itu lebih baik daripada unta merah”. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.


Copy Right Kehidupan Para Sahabat (Maulana Muhammad Yusuf Rah.a.) 

Rasulullah SAW dengan sabar mengajak Hakam bin Kaisan untuk masuk Islam

Rasulullah SAW dengan sabar mengajak Hakam bin Kaisan untuk masuk Islam
Rasulullah SAW dengan sabar mengajak Hakam bin Kaisan untuk masuk Islam
Ibnu Sa’ad meriwayatkan sebuah kisah dari Miqdad bin Amr. Berikut ini penuturan dari Miqdad, “Aku telah menawan Hakam bin Kaisan, dan ia diputuskan oleh panglima supaya dibunuh. Kemudian aku mengusulkan supaya jangan dibunuh dulu, hingga ia kami hadapkan kepada Rasulullah SAW”. Kemudian Hakam kami hadapkan kepada Rasulullah SAW dan beliau mengajaknya masuk Islam dengan kalimat yang sejelas-jelasnya. Melihat hal ini, Umar bin Khaththab r.a bertanya kepada Rasulullah SAW., “Ya rasulullah, mengapa engkau berbicara panjang lebar kepada Hakam? Orang ini tidak akan masuk Islam selamanya. Izinkanlah saya memenggal kepalanya agar dia masuk neraka Hawiyah”. Tetapi Rasulullah SAW tidak menyetujui usul Umar r.a, sampai akhirnya (berkat kesabaran Nabi SAW) Hakam masuk Islam. Lalu Umar r.a, berkata, “Setelah aku mendapati Hakam masuk Islam, aku pun berpikir karena merasa bersalah. Aku menyesal dan meratapi ucapanku yang aku nilai mendahului Rasulullah SAW, padahal Beliau SAW lebih mengerti peristiwa yang akan terjadi daripada aku, walaupun aku hanya berniat untuk mengusulkan saja”. Kemudian Umar r.a menceritakan bahwa Hakam bin Kaisan masuk Islam dan sangat baik agamanya. Dia ikut berjihad fi sabilillah sampai akhirnya terbunuh dan syahid di sekitar sumur Ma’unah dalam keadaan diridhai oleh Nabi SAW dan ia masuk surge”. Juga menurut cerita Sa’ad, hakam bin Kaisan bertanya kepada Nabi SAW., “Apakah Islam itu?” Beliau SAW mejawab, “Engkau menyembah Allah Saja dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-nya”. Kemudian Nabi SAW berpaling kepada para sahabat dan bersabda, “Seandainya aku menuruti kalian dan ia aku bunuh, ia pasti masuk neraka”. 

Copy Right Kehidupan Para Sahabat (Maulana Muhammad Yusuf Rah.a.) 

Minggu, 15 September 2013

Rasulullah SAW Tetap Mempertahankan Dakwahnya dengan Jihad


Rasulullah SAW Tetap Mempertahankan Dakwahnya dengan Jihad
Rasulullah SAW Tetap Mempertahankan Dakwahnya dengan Jihad
Diceritakan Oleh Al-Bukhari dari Miswar bin Makhramah dan Marwan, keduanya bercerita, “Pada Waktu Perjanjian Hudaibiyah, Rasulluah SAW keluar dan ringkas cerita, pada waktu itu datanglah Budail bin Warqak Al-Huzaiy dan kaumnya. Mereka adalah utusan rahasia dan mereka berasal dari penduduk Tihamah. Budail berkata, ‘Aku tadi meliahat Ka’ab bin Luayy, ‘Amir bin Luayy dan kaumnya menghampiri sumur-sumur Hudaibiyah, semuanya tanpa kecuali. Mereka bertujuan memerangimu dan menghalangimu dating ke Ka’bah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Kita dating ke sini (Makkah) bukan untuk berperang, tetapi hanya untuk umrah dan orang-orang Quraisy ini sungguh telah dipayahkan oleh peperangan. Jika mereka mau, kami akan memperpanjang masa perdamaian. Kemudian jika kita yang menang, silahkan mereka melakukan apa yang dilakukan oleh orang banyak. Tidak menjadi masalah, jika mereka tidak bersedia, bukankah jumlah mereka sudah banyak? Dan jika mereka tidak mau damai, demi Allah yang menguasai diriku, sungguh mereka akan kita perangi sehingga kepala mereka terpisah dengan badannya. Sesungguhnya agama Allah pasti akan berhasil.”

Rasullullah SAW Tidak Ingin Meninggalkan Dakwah

Rasullullah SAW Tidak Ingin Meninggalkan Dakwah
Rasullullah SAW Tidak Ingin Meninggalkan Dakwah
Pada waktu Rasulullah saw. dilarang oleh pamannya berdakwah karena pamannya mendapatkan pengaduan dari para pembesar Quraisy, maka beliau saw. menjawab, "Demi Allah aku lebih tidak mampu untuk meninggalkan dakwah dari pada engkau mengambil api dari matahari.”  Demikian yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Ath-Thabrani dengan sanad dari Aqil bin Abu Thalib.

Dalam kitab Al-Baihaqi disebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammmad saw., “Wahai keponakanku kaummu telah mendatangiku dan telah mengatakan ini dan itu, maka kasihanilah aku dan dirimu sendiri. Dan jaganlah aku engkau bebani sesuatu yang aku tidak kuat memikulnya. Oleh karena itu, hentikanlah apa yang tidak disukai oleh kaummu.” Ucapan Abu Thalib tersebut membuat Rasulluah saw menyangka bahwa Abu Thalib sudah tidak mau mendukung dan membela beliau saw. Maka rasullulah saw bersabda. “Wahai pamanku, andaikan matahri diletakkan di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan pernah berhenti hingga perkara (Agama) ini dimenangkan oleh Allah SWT atau aku akan mati demi mengusahakannya.” Kemudian Rasulullah saw menangis.

Didalam Musnad , Abdullah bin Humaid dari Jabir Menuturkan bahwa beliau bercerita, “orang-orang dari suku Quraisy telah berkumpul dan membuat kesepakatan dengan mengatakan, ‘Siapa saja di antara kalian yang paling pandai dalam ilmu sihir, ilmu ramal dan syair hendaknya mendatangi orang (Nabi) yang memecah belah kaum kita dan mencabik-cabik urusan kita serta telah mencela tuhan-tuhan kita. Ajaklah ia berbicara

Sabtu, 14 September 2013

Kecintaan dan Semangat Berdakwah

Kecintaan dan Semangat Berdakwah
Kecintaan dan Semangat Berdakwah
Nabi Muhammad saw. selalu bersabda dan sangat mendambakan agar seluruh umat manusia beriman. dalam menafsirkan firman ALLA SWT., "maka sebagian mereka ada yang celaka, dan sebagian lainnya ada yang beruntung" (Q.S. Hud : 105)

Ibnu Abbas r.a berkata, "Rasulullah saw. sangat mengiginkan suoaya manusia beriman dan berbai'at kepada beliau. tapi Allah SWT. memberitahu bahwa yang beriman hanyalah mereka yang dikehendaki-nya saja, yakni yang akan menjadi orang yang beruntung. begitu pula orang-orang yang celaka. kemudian Allah SWT. berfirman kepada nabinya "Boleh jadi kamu (Muhammad) membinasakan dirimu , karna mereka tidak mau beriman. jika kami kehendaki niscaya kami menurunkan kepada mereka mukjisat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk padanya" (Q.S. As-Syu'ra : 3-4) hadist ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani. perawinya sangat terpercaya hanya saja ada perawi yang tidak langsung mendegar perawi sebelumnya yaitu Ali bin Abi Thalhah"